my HIStory

Bertahan

Pernahkah kamu mengalami perbedaan dengan orang-orang di dalam tim?
Misalnya, beda pendapat, beda prinsip, beda pola pikir, beda pemikiran, atau perbedaan-perbedaan lainnya?
Hmm, pasti semua orang pasti pernah mengalami perbedaan. Bahkan orang yang paling penurut pun pasti pernah mengalami sekali/dua kali perbedaan pendapat dengan orang lain.

Lalu, pernahkah juga kamu mengalami gesekan (atau dalam bahasa gaulnya: nggak enakan) sama mereka?
Misalnya, merasa tersinggung karena sikap/perkataan seseorang, berdebat pendapat dengan keras, atau merasa ditekan, dll?
Yang satu ini kayaknya juga pasti pernah deh..
Sebagai manusia normal yang punya perasaan dan ego, kita semua pasti mengalami gesekan. Apalagi di dalam suatu tim ada berbagai macam orang dengan beragam latar belakang kepribadian.

Nah, sekarang, pernahkah kamu mengalami kekecewaan terhadap mereka?
Merasa sakit hati, merasa dihakimi, lalu kehilangan kepercayaan, atau bahkan kehilangan kasih terhadap mereka?
Permasalahan seperti itu sepertinya bukan hal asing lagi terjadi di antara banyak orang yang berada dalam suatu tim.

Berpikir lebih dalam lagi yuk..^^
Daripada menganggap perbedaan dan gesekan sebagai sesuatu yang menghalangi pertumbuhan, mengapa tidak menganggapnya sebagai proses pemurnian dan pendewasaan?
Perbedaan dan gesekan adalah hal wajar agar kita menjadi pribadi yang lebih dewasa. Lebih dewasa dalam menyikapi perbedaan, lebih dewasa dalam menjaga hati, dan juga lebih dewasa di dalam kasih.
Untuk menjadi orang yang kuat dalam karakter, kita perlu dibentuk melalui berbagai macam proses.

Manusia tetaplah manusia, akan selalu punya kekurangan dan melakukan kesalahan. Jangan berharap berlebihan pada manusia.
Fokus kita ngga boleh salah. Ketika berorganisasi dan terlibat dalam suatu tim, ingatlah bahwa kita sedang melakukannya untukNya dan karenaNya.

Lalu, bagaimana menyikapi kekecewaan?
Pernah merasa kecewa itu wajar, tapi tinggal di dalam kekecewaan itu merugikan diri sendiri. Ingatlah, sekalipun mengalami kekecewaan, kita bukan produk dari rasa pahit. Teruslah bersikap baik dan tulus hati.

Hari ini, ngga boleh jadi orang yang menyimpan kekecewaan.
Berusaha mengasihi lebih lagi..
Kasih meminimalkan penyesalan.
Orang yang tidak pernah rugi adalah orang yang selalu mengasihi.
Bertahan dalam proses dan menjadi pemenang!^^

Rose: Sebuah Kisah tentang PenyertaanNya

Suatu siang di ibukota, di sebuah kantor redaksi majalah rohani berskala nasional, suasana kantor sedang lengang. Beberapa meja kerja terlihat kosong ditinggal sang empunya untuk istirahat makan siang.
Beberapa orang lagi terlihat menikmati bekal makan siang yang dibawa dari rumah sambil mengobrol santai dengan rekan di meja sebelah.
Namun, sangat berbeda dengan meja di ujung ruangan.
Suara ketikan keyboard dan ‘klik’ mouse beberapa kali terdengar.
Rose, sang editor berusia 26 tahun, masih berada di depan layar komputer.
Sudah 2 minggu ini Rose cuti kerja pasca melahirkan anak pertamanya.
Tidak heran, pekerjaannya menumpuk begitu ia kembali bekerja.
Dia sedang sibuk membaca dan memeriksa beberapa artikel yang akan naik cetak.
Tiba-tiba raut mukanya menjadi serius ketika membaca sebuah surat kesaksian dari seorang pembaca.

“Namaku Jim, usia 21 tahun. Aku tergabung dalam tim redaksi warta di gereja. Sekalipun seorang penulis warta gereja, aku tidak serohani tulisan-tulisanku. Aku tahu tentang Tuhan, dan kurasa aku mengenalNya. Tapi berdasarkan pengalamanku, Dia tidak semenarik sebagaimana aku menulis tentangNya.
Tentu saja, itulah pikiranku sebelum aku menyaksikan hal yang menakjubkan ini.

Siang itu, aku sedang minum kopi di lantai atas kafe kecil di seberang rumah sakit bersalin.  Waktu itu aku sedang mencari inspirasi untuk sebuah topik warta gerejaku. Topik itu tentang penyertaan Tuhan yang sempurna.
Tentu saja aku harus berpikir keras karena pengalaman tak mengajarkanku apa-apa tentang topik ini. Aku berupaya membuat cerita fiksi sebagai ilustrasi, tetapi kemudian Dia mengarahkan perhatianku pada seorang perempuan di seberang sana.

Perempuan itu sepertinya baru beberapa hari yang lalu melahirkan.
Perutnya masih terlihat buncit, dengan cara jalan yang masih khas ibu hamil.
Ia berjalan dengan seorang pria, yang pastinya itu adalah suaminya.
Pria itu menggendong seorang bayi mungil yang dilindungi kain selendang warna biru. Mereka tidak berdua, tetapi juga disertai oleh seorang perempuan lanjut usia, sepertinya nenek dari bayi itu. Nenek itu membawa tas perlengkapan bayi yang cukup besar.
Mereka terlihat akan menyeberang jalan.

Ketika baru saja maju beberapa langkah, tiba-tiba tali tas perlengkapan bayi yang dibawa oleh nenek itu putus sehingga tas jatuh tertinggal di jalan.
Sang nenek yang menyadari hal itu segera membalikkan badan untuk mengambil tas. Perempuan itu dan suaminya juga ikut membalikkan badan untuk melihat nenek itu dan tas yang dibawanya.
Ketika mereka semua sedang  membalikkan badan, tidak lebih dari 3 detik, tiba-tiba sebuah mobil pick-up melaju kencang di balik punggung mereka. Sangat menegangkan bagiku yang sedang memperhatikan mereka!
Setelah mengambil tas, perempuan itu dan suaminya, juga nenek itu melanjutkan menyeberang jalan dengan tenang.

Aku tercengang. Mereka tidak tahu apa yang baru saja mereka alami.
Mereka semua hampir saja tertabrak. Ya, mereka semua, perempuan itu dan suaminya, nenek itu, dan juga bayi yang mungkin baru beberapa hari lahir ke dunia.
Jika saja tali tas yang dibawa oleh nenek itu tidak putus, mereka akan terus melangkah dan … Ah! Tentu saja aku tidak akan menulis kesaksian ini.

Ya, siapapun mereka, aku tidak mengenalnya.
Tapi, aku mengenal Dia yang meluputkan mereka dari tabrakan itu.
Sungguh menakjubkan!

Terima kasih,
Jim.”

Rose terdiam. Air matanya tumpah.
Ia baru saja menyadari bahwa ‘mereka’ yang diceritakan oleh Jim ialah dirinya dan keluarganya.
Ya, 1 minggu setelah melahirkan, Rose dijemput di rumah sakit oleh suami dan ibu mertuanya.  Karena parkir rumah sakit penuh, suami Rose memarkir mobil di seberang jalan, di depan kafe kecil itu.
Ibu mertuanya yang ketika itu membawa tas perlengkapan bayi, dan talinya putus ketika mereka menyeberang jalan.
Mereka tidak pernah tahu bahwa ada mobil pick-up yang melaju kencang, dan mereka terluput dari tabrakan maut.