my HIStory

Keindahan dari Ketaatan


Hari ini aku belajar tentang KETAATAN. Just want to share with u guys.. ^^

Pertama, belajar dari Yusuf (Matius 1 dan 2).
Seandainya Yusuf tidak taat pada perkataan malaikat Tuhan dalam mimpinya, dan tetap ingin menceraikan Maria, Yusuf pasti batal menjadi ayah dari Juruselamat dunia.
Dia akan kehilangan kesempatan yang berharga untuk membesarkan seorang Anak yang paling mulia di bumi.
Seandainya juga Yusuf -sebagai kepala keluarga- tidak taat pada perkataan malaikat Tuhan dalam mimpinya, dia mungkin membawa keluarganya ke dalam bahaya karena perbuatan raja Herodes.
Puji Tuhan, Yusuf adalah contoh yang baik untuk diteladani ketaatannya.

Kedua, belajar dari Tuhan Yesus sendiri (Matius 3)
HE is the best example!
Matius 3:13-17
“Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya. Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: “Akulah yang perlu dibaptis olehMu, dan Engkau yang datang kepadaku?” Lalu Yesus menjawab, kataNya kepadanya: “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.”
Dan Yohanespun menurutiNya. Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atasNya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: “Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.”

Ketaatan dan kerendahan hati selalu berjalan bersama.
Tuhan Yesus adalah teladan yang sempurna!
Ayat ini sedang mengajarkan kita tentang sebuah langkah awal ketaatan, di mana Yesus yang adalah Tuhan, Anak Allah, memberikan dirinya untuk dibaptis oleh Yohanes.
Tidak heran, langkah ketaatan ini memimpinNya pada ketaatan2 lain yang lebih besar hingga tibalah hari di mana Yesus mati bagi dunia. Untuk menjalankan kehendak Allah, untuk menyelamatkan dunia yang berdosa, untuk kita, kau dan aku.
“Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.”

Aku sadar..
Ketaatan kita tidak perlu didasarkan pada keadaan.
Tidak perlu juga didasarkan pada perasaan.
Sekalipun di dalam hidup kita ada banyak penonton, yang mungkin memperhatikan tingkah laku langkah kita, hiduplah dengan FOKUS hanya di hadapan SATU PENONTON AGUNG yang paling layak untuk mendapat tontonan terbaik.
Hiduplah untuk menyenangkanNya.
Suatu hari, aku rindu mendengar Bapa di sorga berkata, “Inilah anakKu yang Kukasihi, kepadanyalah Aku berkenan.”

God bless you… ^^

No comments:

Post a Comment